BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Akhir-akhi ini banyak kejanggalan-kejanggalan
dalam masyarakat akibat perilaku manusia itu sendiri yang mana hal itu bersangkutan
dengan etika, moral, dan akhlak. Tiga hal tersebut sangat mempengaruhi kepribadian
seseorang ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Ada berbagai
faktor yang menyebabkan suatu perilaku seseorang menjadi beretika buruk,
bermoral buruk, dan berakhlak tidak baik pula. Salah satu diantaranya adalah lingkungan
dan keluarga. Banyak kasus yang terjadi yang mengorbankan semua pihak tanpa memandang
usia, jenis kelamian, dll.
Anak sebagai salah satu korban sekaligus
pelaku yang tidak jarang ditemui dalam implementasi sehari-hari. Anak sebagai generasi
penerus harus dijaga, dididik, dan diisi fitrahnya dengan akhlak karimah, iman,
dan amal saleh. Anak pada jaman sekarang banyak yang menjadi korban dan pelaku dari
etika, moral, dan akhlak yang buruk.Hal ini harus dibenahi dan diwujudkan suatu
akhlak karimah. Oleh karena itu pemakalah akan menuliskan beberapa
hal tentang proses, metode, dan factor yang pempengaruhi pembentukan akhlak
yang dikutip dari beberapa referensi.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
proses pembentukan akhlak ?
2. Bagaimana
metode pembentukan akhlak?
3.
Apa
faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ?
C.
TUJUAN
PERMASALAHAN
1.
Untuk
mengetahui proses pembentukan akhlak
2.
Untuk
mengetahui metode pembentukan akhlak
3. Untuk
mengetahui factor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Proses
Pembentukan Akhlak
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama
dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali pendapat para ahli
yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad
Athiyah al-Abrasyi misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak
adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam.[1]
Menurut sebagian ahli,
akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa
manusia sejak lahir.[2] Selanjutnya pendapat lain
mengatakan, akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan
keras dan sungguh-sungguh.[3] IbnuMiskawaih, Ibn Sina,
al-Ghazali dan lain-lain termasuk kelompok yang mengatakan akhlak adalah hasil usaha
(Muktasabahah).
Pada
kenyataanya dilapangan, usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan
dengan berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini mnunjukkan bahwa akhlak memang
perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi
muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada
orang tua, saying kepada sesame makhluk Tuhan dan seterusnya. Bayangkan saja jika
anak-anak tidak dibina dalam hal akhlak?. Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan
terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari
kemajuan dibidang iptek.
Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan
sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk pribadi, dengan menggunakan
sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram baik serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh
dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlaka
dalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah
yang ada pada diri manusia, termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat,
fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan
pendekatan yang tepat.
B.
Metode
Pembentukan Akhlak
Dalam buku Daur Al-Bait fi
Tarbiyahath-Thifl Al-Muslim, karangan Khatib Ahmad Santhut yang telah diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia, membagi metode pendidikan moral/akhlak kedalam 5
bagian, di antaranya adalah :[4]
a. Keteladanan
Metode
ini merupakan metode terbaik dalam pendidikan akhlak. Keteladanan selalu menuntut
ikap yang konsisten serta kontinyu, baik dalam perbuatan maupun budi pekerti
yang luhur.
b. Dengan
memberikan tuntunan
Yang dimaksud di sini adalah dengan
memberikan hokuman atas perbuatan anak atau perbuatan orang lain yang berlangsung
di hadapannya, baik itu perbuatan terpuji atau tidak terpuji menurut pandangan
al-Qur’an dan Sunnah.
c. Dengan
kisah-kisah sejarah
Islam memperhatikan kecenderungan alami manusia
untuk mendengarkan kisah-kisah sejarah. Di antaranya adalah kisah-kisah para Nabi,
kisah orang yang durhaka terhadap risalah kenabian serta balasan yang
ditimpakan kepada mereka. al-Qur’an telah menggunakan kisah untuk segala aspek pendidikan
termasuk juga pendidikan akhlak.
d.
Memberikan
dorongan dan menanamkan rasa takut (pada Allah)
Tuntunan yang disertai motivasi dan menakut-nakuti
yang disandarkan pada keteladanan yang baik mendorong anak untuk menyerap perbuatan-perbuatan
terpuji, bahkan akan menjadi perwatakannya.
e. Memupuk
hati nurani
Pendidikan
akhlak tidak dapat mencapai sasarannya tanpa disertai pemupukan hati nurani
yang merupakan kekuatan dari dalam manusia, yang dapat menilai baik buruk suatu
perbuatan. Bila hati nurani merasakan senang terhadap perbuatan tersebut, dia akan
merespon dengan baik, bila hati nurani merasakan sakit dan menyesal terhadap suatu
perbuatan, ia pun akan merespon dengan buruk.
Menurut Ahmad D. Marimba, ada 3 metode dalam pendidikan
akhlak, yaitu :[5]
a. Dengan
pembiasaan
Tujuannya
adalah agar cara-cara yang dilakukan dengan tepat, terutama membentuk aspek kejasmanian
dari kepribadian atau member kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu.
b. Denganpembentukanpengertian,
minatdansikap
c. Pembentukankerohanian
yang luhur
C.
Factor
Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Untuk menjelaskan
factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan
pada umumnya, ada tiga aliran yang amat popular. Pertama aliran natifisme. Kedua,
aliran empirisme, dan ketiga aliran konvergensi.
Menurut aliran nativisme
bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah
factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat,
akal, dll.
Menurut aliran empirisme
bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah
factor dari luar, yaitu lingkungan social, termasuk pendidikan dan pembinaan
yang diberikan.
Selanjutnya pada aliran
konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh factor internal,
yaitu pembawaan si anak, dan factor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan
yang dimuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social.
Aliran
yang ketiga ini tampak sesuai dengan ajaran islam. Hal
ini dapat dipahami dari ayat berikut:
والله اخرجكم من بطون امهتكم لا تعلمون شيئا وجعل لكم
السمع والابصر والافئدة لعلكم تشكرون.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia member kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. Al-Nahl, 16: 78).
Dengan demikian factor
yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu dari dalam merupakan
potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa anak sejak lahir,
dan factor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru
disekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat. Melalui kerjasama yang
baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, melalui aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (penghayatan) dan psikomotorik (pengamalan) ajaran yang
diajarkan akan terbentuk pada diri anak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembentukan akhlak dapat
diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk pribadi, dengan menggunakan
sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram baik serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh
dan konsisten.
Dalambuku Daur Al-Bait fi
Tarbiyahath-Thifl Al-Muslim, karangan Khatib Ahmad Santhut yang telah diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia, membagi metode pendidikan moral/akhlak kedalam 5
bagian, di antaranya; keteladanan, dengan memberikan tuntunan, dengan kisah-kisah
sejarah, memberikan dorongan dan menanamkan rasa takut (padaallah), dan memupuk
hati nurani.
Faktor yang
mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu dari dalam merupakan potensi
fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa anak sejak lahir, dan factor
dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru disekolah,
dan tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat.
B.
Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah
ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat
kami harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
[1]Muhammad Athiyah al-Abrasy, Dasar-dasarPokokPendidikan Islam,
(Jakarta: BulanBintang, 1974), cet. II, hal. 15.
[2]Mansur Ali Rajab, Ta’ammulat fi Falsafah al-Akhlaq,
(Mesir: Maktabah al-Anjali al-Mishriyah, 1961), hal. 91.
[3] Mansur Ali Rajab, Ta’ammulat fi Falsafah al-Akhlaq,
(Mesir: Maktabah al-Anjali al-Mishriyah, 1961), hal. 90.
[4]Khatib Ahmad Santhut, Daur al-Bait fi
Tarbiyahath-Thifl al-Muslim, terj. IbnuBurdah, “MenumbuhkanSikapSosial,
Moral dan Spiritual AnakdalamKeluarga Muslim, (Yogyakarta :MitraPustaka, 1998),
hal. 85-95.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar