Jumat, 04 Agustus 2017

Makalah Pendidikan Agama Islam Tentang Pembentukan Akhlak

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Akhir-akhi ini banyak kejanggalan-kejanggalan dalam masyarakat akibat perilaku manusia itu sendiri yang mana hal itu bersangkutan dengan etika, moral, dan akhlak.  Tiga hal tersebut sangat mempengaruhi kepribadian seseorang ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Ada berbagai faktor yang menyebabkan suatu perilaku seseorang menjadi beretika buruk, bermoral buruk, dan berakhlak tidak baik pula. Salah satu diantaranya adalah lingkungan dan keluarga. Banyak kasus yang terjadi yang mengorbankan semua pihak tanpa memandang usia, jenis kelamian, dll.
Anak sebagai salah satu korban sekaligus pelaku yang tidak jarang ditemui dalam implementasi sehari-hari. Anak sebagai generasi penerus harus dijaga, dididik, dan diisi fitrahnya dengan akhlak karimah, iman, dan amal saleh. Anak pada jaman sekarang banyak yang menjadi korban dan pelaku dari etika, moral, dan akhlak yang buruk.Hal ini harus dibenahi dan diwujudkan suatu akhlak karimah. Oleh karena itu pemakalah akan menuliskan beberapa hal tentang proses, metode, dan factor yang pempengaruhi pembentukan akhlak yang dikutip dari beberapa referensi.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana proses pembentukan akhlak ?
2.      Bagaimana metode pembentukan akhlak?
3.      Apa faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ?

C.    TUJUAN PERMASALAHAN
1.      Untuk mengetahui proses pembentukan akhlak
2.      Untuk mengetahui metode pembentukan akhlak
3.      Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Proses Pembentukan Akhlak
       Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah al-Abrasyi misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam.[1]
              Menurut sebagian ahli, akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir.[2] Selanjutnya pendapat lain mengatakan, akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh.[3] IbnuMiskawaih, Ibn Sina, al-Ghazali dan lain-lain termasuk kelompok yang mengatakan akhlak adalah hasil usaha (Muktasabahah).
        Pada kenyataanya dilapangan, usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dengan berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini mnunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada orang tua, saying kepada sesame makhluk Tuhan dan seterusnya. Bayangkan saja jika anak-anak tidak dibina dalam hal akhlak?. Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan dibidang iptek.
        Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk pribadi, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram baik serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlaka dalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada pada diri manusia, termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.

B.     Metode Pembentukan Akhlak
        Dalam buku Daur Al-Bait fi Tarbiyahath-Thifl Al-Muslim, karangan Khatib Ahmad Santhut yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, membagi metode pendidikan moral/akhlak kedalam 5 bagian, di antaranya adalah :[4]
a.       Keteladanan
        Metode ini merupakan metode terbaik dalam pendidikan akhlak. Keteladanan selalu menuntut ikap yang konsisten serta kontinyu, baik dalam perbuatan maupun budi pekerti yang luhur.
b.      Dengan memberikan tuntunan
        Yang dimaksud di sini adalah dengan memberikan hokuman atas perbuatan anak atau perbuatan orang lain yang berlangsung di hadapannya, baik itu perbuatan terpuji atau tidak terpuji menurut pandangan al-Qur’an dan Sunnah.
c.       Dengan kisah-kisah sejarah
    Islam memperhatikan kecenderungan alami manusia untuk mendengarkan kisah-kisah sejarah. Di antaranya adalah kisah-kisah para Nabi, kisah orang yang durhaka terhadap risalah kenabian serta balasan yang ditimpakan kepada mereka. al-Qur’an telah menggunakan kisah untuk segala aspek pendidikan termasuk juga pendidikan akhlak.
d.      Memberikan dorongan dan menanamkan rasa takut (pada Allah)
Tuntunan yang disertai motivasi dan menakut-nakuti yang disandarkan pada keteladanan yang baik mendorong anak untuk menyerap perbuatan-perbuatan terpuji, bahkan akan menjadi perwatakannya.
e.       Memupuk hati nurani
Pendidikan akhlak tidak dapat mencapai sasarannya tanpa disertai pemupukan hati nurani yang merupakan kekuatan dari dalam manusia, yang dapat menilai baik buruk suatu perbuatan. Bila hati nurani merasakan senang terhadap perbuatan tersebut, dia akan merespon dengan baik, bila hati nurani merasakan sakit dan menyesal terhadap suatu perbuatan, ia pun akan merespon dengan buruk.
Menurut Ahmad D. Marimba, ada 3 metode dalam pendidikan akhlak, yaitu :[5]
a.       Dengan pembiasaan
Tujuannya adalah agar cara-cara yang dilakukan dengan tepat, terutama membentuk aspek kejasmanian dari kepribadian atau member kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu.
b.      Denganpembentukanpengertian, minatdansikap
c.       Pembentukankerohanian yang luhur

C.    Factor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Untuk menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang amat popular. Pertama aliran natifisme. Kedua, aliran empirisme, dan ketiga aliran konvergensi.
Menurut aliran nativisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dll.
Menurut aliran empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan social, termasuk pendidikan dan pembinaan yang diberikan.
Selanjutnya pada aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh factor internal, yaitu pembawaan si anak, dan factor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dimuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social.
Aliran yang ketiga ini tampak sesuai dengan ajaran islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat berikut:
والله اخرجكم من بطون امهتكم لا تعلمون شيئا وجعل لكم السمع والابصر والافئدة لعلكم تشكرون.

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia member kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. Al-Nahl, 16: 78).
       Dengan demikian factor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu dari dalam merupakan potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa anak sejak lahir, dan factor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru disekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat. Melalui kerjasama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, melalui aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan) dan psikomotorik (pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
        Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk pribadi, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram baik serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
        Dalambuku Daur Al-Bait fi Tarbiyahath-Thifl Al-Muslim, karangan Khatib Ahmad Santhut yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, membagi metode pendidikan moral/akhlak kedalam 5 bagian, di antaranya; keteladanan, dengan memberikan tuntunan, dengan kisah-kisah sejarah, memberikan dorongan dan menanamkan rasa takut (padaallah), dan memupuk hati nurani.
       Faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua, yaitu dari dalam merupakan potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa anak sejak lahir, dan factor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah, guru disekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin dimasyarakat.

B.     Saran
       Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



[1]Muhammad Athiyah al-Abrasy, Dasar-dasarPokokPendidikan Islam, (Jakarta: BulanBintang, 1974), cet. II, hal. 15.
[2]Mansur Ali Rajab, Ta’ammulat fi Falsafah al-Akhlaq, (Mesir: Maktabah al-Anjali al-Mishriyah, 1961), hal. 91.
[3] Mansur Ali Rajab, Ta’ammulat fi Falsafah al-Akhlaq, (Mesir: Maktabah al-Anjali al-Mishriyah, 1961), hal. 90.
[4]Khatib Ahmad Santhut, Daur al-Bait fi Tarbiyahath-Thifl al-Muslim, terj. IbnuBurdah, “MenumbuhkanSikapSosial, Moral dan Spiritual AnakdalamKeluarga Muslim, (Yogyakarta :MitraPustaka, 1998), hal. 85-95.
[5]Ahmad D. Marimba, PengantarFilsafatPendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1989), hal. 76-81.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar